Alyo WoCi

Alyo WoCi

Temukan Kami

Search

Rabu, 09 Maret 2011


bung karno, bapak bangsa, pemimpin besar revolusi

akan tetapi, ketika rezim revolusi yang digerakkan oleh bung karno dkk sedang melakukan konsolidasi kebangsaan, muncul berbagai pergolakan pemberontakan daerah seperti d.i/t.i.i, jatuh bangunnya kabinet, dan gagalnya konstituante merumuskan konstitusi baru, disusul dampak internasional tatkala bung karno memprakarsai sekaligus menggelorakan gerakan nonblok di tengah konfrontasi dua kekuatan blok kapitalis barat dan amerika dengan blok sosialis komunis uni soviet, kuba, china, eropa timur. situasi menjadi benar-benar genting, ketika bung karno menjadi berang dengan berdirinya negara malaya (kini malaysia) yang dibidani oleh inggris. komplikasi politik luar negeri dan dalam negeri mencapai titik didihnya ketika perekonomia bangsa terus memburuk dan bung karno melancarkan mobilisasi umum untuk program “ganyang malaysia”.
pelan dan pasti, bung karno letih menghadapi pasang surut gelombang pertikaian, konflik, demonstrasi, perekonomian rakyat yang morat-marit. banyak hikmah dapat direnungkan dari perjalanan maupun perjuangan politik bung karno ketika dengan gigih dan gagah menggelorakan semangat bangsanya untuk terbebas dari cengkeraman nekolim (neokolonilisme dan imperialisme), bahkan sungguh-sungguh tak gentar menghadapi hegemoni rezim kapitalisme internasional melalui berbagai perlawanan konseptual.
sejak tahun-tahun awal kemerdekaan, bung karno membiarkan seribu bunga tumbuh mekar di tamansari puspa bangsa. tan malaka mengguratkan ideologi sosialis (komunis) yang lebih militan, ketimbang sosialis demokrat ala syahrir yang pragmatis, bahkan cenderung kompromistis. bung karno sebagai bapak bangsa membiarkan indonesia menganut ideologi (pancasila) yang terbuka, membiarkan semua konsepsi paham ideologis tumbuh mekar menghiasi tamansari puspa bangsa. di situlah dialetika sejarah bangsa dipertaruhkan. sepanjang tahun 1945-1965, bung karno konsisten mengawal atau menjaga tamansari puspa bangsa, tempat bersemainya pergulatan pemikiran ideologis kebangsaan terjadi amat intens dan dinamis; sampai pada akhirnya anasir-anasir asing (intelejen c.i.a) ikut nimbrung dalam dialetika revolusi 1945, dan mulai menebarkan kakitangannya di tubuh bangsa. klimaks dari ini, pengaruh anasir asing makin vulgar, dan lalu mengadu domba komponen bangsa yang berpuncak pada tragedi kelabu peristiwa g-30-s 1965. luka trauma pada tubuh bangsa masih terasakan hingga saat ini. peristiwa tragedi itu, sampai hari ini, dikenang sebagai kontroversi sejarah yang tiba-tiba saja digembok, dan belum sempat dimaknai dengan satu tafsir kebenaran.

0 komentar:

Posting Komentar

Daftar Entri